Minggu, 02 Mei 2021

Merangkul Perbedaan

Segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti ada kebalikannya sesuai dengan Hukum Polaritas. Ada siang kebalikan dari malam, ada putih ada hitam, ada laki ada perempuan dan seterusnya. Bahkan bumi kita tidak bisa berputar bila tidak ada dua kutubnya yang berbeda yang bekerjasama.

Perbedaan mesti kita lihat sebagai keindahan yang saling melengkapi satu sama lainnya. Dalam tubuh kita sendiri ada otak kanan dan kiri, ada tangan kanan dan kiri, ada kaki kanan dan kiri, satu sama lain menjadi pelengkap antara satu dengan lainnya. Mungkin tidak perlu dilihat bahwa yang satu lebih baik dari yang lainnya.

Dalam kehidupan yang lebih luas juga demikian. Kita semua memiliki bakat yang berbeda, profesi berbeda bahkan keyakinan berbeda. Ada orang Jepang atau orang Amerika yang dianugerahi kemampuan dan bakat dalam membuat barang barang elektronik misalnya. Dengan bakat mereka inilah dalam kehidupan kita sehari hari kita banyak terbantu seperti pemakaian kendaraan, penggunaan kulkas, komputer, hp, tv dsb. Sebaliknya banyak orang Indonesia memiliki bakat sebagai petani dan nelayan dimana hasil kerja mereka dikirim ke Jepang atau Amerika untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Bayangkan saja kalau semua hanya pintar membuat barang elektronik saja atau sebaliknya. Terus siapa yang akan menjadi si pembeli? Bukankah hanya akan terjadi kemandegan.

Lahirnya kitapun sebagai manusia karena adanya perbedaan yaitu Ayah sebagai laki laki dan Ibu sebagai perempuan.

Ada yang suka jualan, beruntung ada yang suka shopping 🛒. Jadi kedamaian akan terjaga bila kita bisa merangkul perbedaan. Tidak usah memaksakan persamaan. Semesta inipun berputar dan berkembang karena perbedaan. 

 

Kamis, 16 Juli 2015

SPIRITUAL MARKETING


SPIRITUAL MARKETING DI DUNIA PERHOTELAN

Pengalaman saya selama dua puluh tahun lebih di industri perhotelan menggerakan saya untuk menulis subjek ini. Ada beberapa hal yang membuat saya bahagia menjadi bagian dari dunia perhotelan ini adalah:

1.      Dunia ini mengijinkan saya untuk menjadi pelayan bagi manusia lain dengan akhir sebuah kebahagiaan baik bagi pihak tamu, pihak hotel dan masyarakat sekitar.

2.      Adanya kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang dari daerah atau negara lain yang memiliki kebiasaan dan cara pandang hidup yang berbeda sehingga saya bisa menjadi individu yang lebih terbuka karena ada pembanding anatara budaya saya dengan mereka. Bahkan banyak budaya mereka yang baik yang bisa saya terapkan dalam kehidupan saya. 

3.      Jenjang karir yang sangat jelas juga ada disini. Saya memulainya sebagai seorang pool attendant sampai akhirnya menjadi General Manager memberi pengalaman yang berbeda disetiap jenjang karir itu. Setiap jenjang karir itu memberi saya pengalaman yang berbeda dan saya bersyukur dan bahagia dalam setiap peran. 

Masih banyak lagi hal hal positif lainnya yang membuat saya bahagia berada di dunia perhotelan.
Dari dua puluhan masa karir saya di dunia perhotelan, lima belas tahun terakhir saya habiskan di pemasaran. 

Pemasaran memiliki arti yang sangat luas dan bahkan menurut ‘Kotler’ sangat tidak bijak bila perusahaan menganggap pemasaran sebagai sekedar satu departemen. Dia harus digambarkan sebagai filosofi dan praktik perusahaan secara keseluruhan.

Dalam dunia perhotelan, hotel adalah badan fisik, karyawan adalah rohnya. Bila anda memiliki uang yang cukup, anda bisa membangun hotel dengan kualitas fisik terbaik namun tantangan utamanya adalah membangun roh tidaklah semudah membangun bangunan fisik itu sendiri. Diperlukan adanya niat baik dari awal. Sama dengan tubuh manusia, jika anda memiki cukup uang anda dapat memermak fisik anda sekehendak hati anda, namun tidak akan merubah apapun jika tidak dibarengi dengan perubahan metafisik yaitu sang roh sebagai diri anda yang terdalam.

Suatu saat saya bekerja di hotel besar katagori bintang lima. Selama dua tahunan saya disana, hotel selalu mengalami masa-masa yang tidak mudah. Sebagai pimpinan di departemen pemasaran saya selalu berfikir apalagi yang harus saya lakukan untuk meningkatkan occupancy rate hotel? Sampai saya kuliah lagi untuk meng-update diri dengan ilmu-ilmu pemasaran terbaru belajar dari buku-buku guru-guru pemasaran dunia seperti Philip Kotler dalam bukunya according to Kotler, Michael E.Porter dengan bukunya On Competition sampai dengan buku pemasarannya David W. Cravens dan Nigel F. Piercy dalam bukunya Strategic Marketing (eighth Edition) setebal 726 halaman. Dan belajar dari para senior – senior saya yang berkenan membagi pengetahuan mereka kepada saya. Namun tetap saja kami mengalami masa masa yang tidak mudah. Karyawan yang kecewa karena gaji dibayar molor, kami sangat sering kedatangan tamu-tamu dengan karakter sulit, travel agent yang tidak mau membayar tagihan mereka bahkan ada satu yang jumlahnya sampai ratusan juta rupiah pada akhirnya harus direlakan karena kontrak kerja kami tergolong bipartite yang tidak sah secara hukum. Pengadaan barang yang sulit walau untuk kebutuhan tamu karena pemilik berprinsip uang yang sudah masuk tidak boleh keluar lagi. Jadi manajemen mengadu jurus kucing-kucingan dengan pemilik agar bisa menyisihkan pendapatan untuk membeli kebutuhan tamu dan menjalankan operation hotel.  Suppliers yang kecewa karena mereka sering dibayar dengan BG mundur  bahakan ada satu supplier yang saking kesalnya sering dibayar dengan BG mundur bahkan BG kosong tidak memperbolehkan kami membeli barang disana walau membayar dengan cash. Akhirnya bagian procurement / purchasing  sampai harus membuka uniform mereka bila harus berbelanja ke salah satu supplier tadi karena ada barang tertentu di Departemen Food and Beverage yang harus dibeli disana.
Jadi tidak ada satupun stakeholders yang bahagia. Bangunan fisik tampak megah karena berkatagori bintang lima namun rohnya mungkin kurang dari bintang satu kalau ada. Semua merasa kecewa. Karyawan, para tamu karena sering tidak terpenuhi harapan-harapan mereka dan juga si pemilik yang selalu berwajah stress dan bahkan karyawan selalu berusaha menghindar apabila pemilik datang karena oleh-olehnya hanyalah dampratan dan omelan-omelan yang tidak enak didengar. Sebenarnya setahun pertama disana saya sudah ingin berhenti dan bahkan ada yang sudah menawarkan pekerjaan di hotel lain karena untuk ukuran seorang Director of Sales di hotel saat itu tidaklah sulit mencari pekerjaan bahkan cenderung dicari. Namun saya merasa berhutang budi pada GM-nya saat itu yang sangat baik kepada saya dan selalu berusaha menahan nahan saya untuk bertahan dulu membantu dia. Saya juga menyadari itu adalah bagian dari karma saya, yang terpenting saya tetap berusaha memerankan setiap peran yang saya yakini adalah anugerah-Nya. Saya juga menyadari pasti ada pelajaran berharga dibalik itu semua. Saya stay positive dan saya yakin kalau ibarat Tuhan adalah seorang sutradara, apabila saya melakoni setiap peran yang merupakan anugerah-Nya dengan penerimaan total, bersyukur dan memilih bahagia walau dalam kondisi itu, peran lain yang lebih baik telah disiapkan bagi saya. Setiap saat pada waktu istirahat siang saya meluangkan waktu untuk sekedar melakukan kontemplasi di sebuah tempat suci yang ada dalam lingkungan hotel tersebut. Saya hanya selalu berdoa agar ditunjukkan jalan terbaik bagi semua. Namun saat itu beberapa pertanyaan dalam hati saya selalu bergolak: Should I stay or jump on to another hotel? If I have to stay, what other things can I do to make this situation better? Am I a right person being the head of marketing department of this hotel? Mightn’t be too young for me being a Director of Sales in a big hotel like this? 

Pada akhirnya saya memutuskan untuk pergi karena menurut pemahaman saya, saya yang harus memutuskan untuk keluar dari energi yang tidak se-frekuensi dengan saya. Mungkin seumpama mendengarkan radio ketika satu stasiun yang saya dengarkan lagu-lagunya tidak sesuai dengan hati saya maka saya harus memindahkan channel-nya. Bukan berarti stasiunnya salah karena ada yang merasa sefrekuensi dengan lagu-lagu seperti itu. Jadi saya membebaskan diri saya akan baik dan buruk, benar-salah, namun dengan percaya diri dan positif pasti akan ada yang sesuai. Ternyata yang terpenting dari pengalaman saya adalah kesadaran setiap saat dan kesabaran setiap saat.          
Setelah beberapa kali pindah hotel, akhirnya saya banting setir dari hotel-hotel berbintang ke industri villa yang belakangan ini menjadi sangat ngetren. Saya bekerja sebagai Director of Sales and operation pada awalnya dan melapor langsung kepada pemiliknya orang asing. Seperti biasa setiap saya mulai bekerja setiap hari dalam hati saya mendoakan semua karyawan, para tamu, pemilik dan semua stakeholders. Bahkan semua yang tampak termasuk tumbuh-tumbuhan yang ada di villa dan sekitarnya saya sentuh mereka dengan kasih sayang. Saya menyarankan para gardeners agar tidak menyiram tanaman sekedarnya namun sambil menyiram dalam hati mendoakan mereka dan berterimakasih dengan setulus hati karena mereka udara di villa dan sekitarnya menjadi segar dan teduh. Saya juga menyarankan jangan sampai membunuh binatang apapun yang ada di dalam villa. Apabila ada tikus yang masuk dalam perangkap, saya minta pest control untuk melpaskan mereka disemak semak yang jauh dari villa-villa.
Pokoknya setiap saat saya bertemu dengan siapapun termasuk para tamu, para karyawan, pemilik, siapa saja dan apa saja yang ada hanyalah doa. Doa bagi mereka dan semesta.

BAGIAN SPIRITUAL MARKETINGNYA
Pada awalnya villa ini memiliki dua kompleks villa. Pada waktu itu tamu tamunya kebanyakan Chinese dan Taiwanese. Mereka datang dalam goup dan dengan buying power yang relatif rendah. Disamping itu length of stay mereka singkat dua atau tiga malam saja. Jadi tingkat hunian sering tidak stabil dan pendapatan hotel relatif kecil.

Saya akhirnya mengajukan proposal kepada pemilik agar bisa pelan-pelan beralih pasar dengan merubah segmen secara geografis. Saya akhirnya mengusulkan untuk mengikuti beberapa tradeshows seperti International Travel Bursche (ITB, Berlin),  Australian and New Zealand Tradeshow, ASEAN Travel Fair (ATF) dan melakukan sales trip lainnya seperti yang sering saya lakukan sebelumnya di hotel-hotel tempat saya bekerja sebelumnya. 

It worked very well, thank God. Setelah beberapa kali melakukannya ada hasil yang sangat signifikan tamu tamu yang datang kebanyakan dari Eropa dan Australia yang membuat kita memiliki occupancy rate yang lebih stabil. Kemudian perusahaan berkembang membangun satu lagi komplek villa di Jimbaran. Saya dan team mengerjakannya dari awal. Melakukan recruitment secara objektif dan akhirnya terbentuk team yang jauh lebih memiliki roh yang lebih baik daripada dua villa kompleks yang sudah ada. Rank kami di trip add sangat bagus, selalu berada pada lima besar sampai terakhir saya bekerja dengan occupancy rate yang sangat memuaskan. Bahkan sering para pemilik dalam meeting menyampaikan mengapa begitu berbeda energinya ketika saya ke Jimbaran dengan Seminyak? Mohon maaf bukan bermaksud membanggakan diri, mereka sering bilang , ‘ that’s because you did the recruitment’.

Saya lebih sependapat dengan Mr. Kotler yang menyatakan bahwa marketing bukanlah hanya sebuah departemen yang mungkin kita sebut sebagai Sales & Marketing Department. Semua orang dan semua departemen adalah pemasar. Dan apabila mereka memiliki satu niat yang sama yaitu menjadi pelayan bagi manusia lainnya didasarkan pada perasaan tanpa pamrih dan semata-mata mereka berfikir bahwa setiap peran yang mereka dapat saat ini adalah anugerah yang harus disyukuri maka pemasaran akan berjalan dengan sendirinya.

Dengan menyadari bahwa pemasaran bukanlah hanya tanggung jawab sebuah departemen yang disebut sebagai Sales and Marketing Department saja akan tetapi tanggung jawab semua pihak maka bagaimanapun kondisi perusahaan adalah tanggung jawab bersama. Bukankah sangat sering perusahaan kehilangan kesempatan memuaskan pelanggan karena departemen selain departemen pemasaran? Jadi apabila hotel sedang dalam kondisi low  yang mungkin bisa dilakukan adalah:
Menerima kondisi ini dengan berserah (bukan menyerah), tidak menyalahkan keadaan, tidak menyalahkan departemen pemasaran karena anda semua juga adalah pemasarnya, tetap berfikir positif bahwa sesuatunya akan lebih baik, yakin bahwa ada solusi terbaik bagi perusahaan dan diri anda.

Lakukan kontemplasi atau meditasi sederhana atau setiap ingat doakan semua yang ada di tempat kerja dan seluruh semesta. Ini bisa dilakukan sambil bekerja dan tidak perlu diketahui oleh siapapun. Doakan ‘kerahayuan’ bagi siapa saja yang anda temui ditempat kerja dengan penuh ketulusan.
Beri saran kepada rekan kerja atau atasan anda tentang apa saja hal positif yang bisa dilakukan untuk kebaikan bersama.

Maksimalkan pelayanan terhadap tamu yang ada, doakan para tamu. Bersyukur dan berterimakasih serta jadikan kebahagiaan adalah hal utama yang harus ditanamkan dalam diri setiap saat. Sehingga apabila setiap saat anda menemukan diri anda keluar dari kebahagiaan itu, biasakan untuk kembali bahagia. Karena kondisi apappun bisa disyukuri atau sebaliknya dikeluhkan, semua adalah pilihan. Pilihlah kebahagiaan sehingga semakin banyak kebahagiaan yang akan datang kepada kita semua.
Peretemuan saya dengan Pak Win beberapa waktu lalu lebih menguatkan niat saya untuk menulis tentang Spiritual Marketing yang sudah sejak lama saya pikirkan. Sebagai sahabat kami memiliki pengalaman yang serupa bahwa pemasaran bisa berjalan dengan baik bukan karena kita struggling melakukan upaya-upaya penjualan dan pemasaran misalanya dengan over advertised, direct mailing, memperkerjakan pekerja SEO yang rumit, melakukan telesales/telemarketing secara berlebihan, mengikuti semua direct marketing secara berlebihan dsb. These are not the point of view.
Semua diatas adalah external marketing  yang ibaratnya adalah badan kasar. Internal Marketing yang merupakan rohnya adalah bagaimana setiap dari kami menyadari bahwa kami hidup memang seharusnya melayani dan niat kami semuanya bahagia. Kami hanya berpegang pada satu hal bahwa semua hanyalah hukum sebab akibat, aksi-reaksi atau kata umumnya adalah hukum karma. Karena niat baik yang kami lakukan maka yang datang ke kami adalah sebagian besar tamu-tamu yang bahagia seperti halnya diri kami. Ketika mereka bahagia, maka kami tanpa meminta mereka akan merekomendasikan kami secara online dan offline. Ini artinya tujuan pemasaran yang juga adalah tujuan perusahaan tercapai secara tidak langsung.

Contoh-contoh pemasaran spiritual internal yang dapat dilakukan:

General:
Baru sampai ditempat kerja, bercermin. Berterimakasih pada Tuhan dan semesta bahwa hari ini masih diberi kesempatan untuk hidup dan berkarma baik. Berterimakasih kepada badan kasar dengan meraba mereka dari ujung rambut samapai ujung kaki. Berterimakasih pada pikiran dan kepada sang jiwa.
Doakan semua teman (manusia), tumbuh-tumbuhan dan semua makhluk yang anda temui dengan penuh cinta kasih. Kalau anda seorang pemasar yang bekerja dikebun, sambil menyiram tanaman doakan mereka dan berterimakasih kepada mereka karena mereka mengeluarkan oksigen untuk kehidupan anda. Permisi kalau akan memotong tanaman, doakan semoga Tuhan dan semesta memberi mereka kehidupan yang lebih baik.
Setiap saat anda menemukan diri anda tidak bahagia dan tersenyum dalam hati, kembali kepada kebahagiaan itu. Pasti ada saat itu yang bisa anda syukuri.
…Contoh-contoh lain oleh peserta.

Front Office    
Ketika menerima keluhan tamu, tarik nafas secara teratur, percayalah dalam hati segala permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Bilang dalam hati yang terdalam bahwa ini bukanlah keluhan, ini pasti hanyalah masukan yang berharga bagi perusahaan. Dengarkan tamu dengan seksama, fix the situation immediately. Kalau memang diluar otoritas anda, hubungi atasan anda dan tetaplah berbahagia. Sebab bila anda tidak berbahagia dan terpengaruh, maka kemungkinan besar anda akan menciptakan ketidakbahagiaan yang baru bagi tamu lain atau bagi rekan anda. Ingat bahwa anda adalah pemasar yang setiap saat hanya harus menciptakan kebahagiaan. Your hotel’s best product is your HAPPINESS.
Bila ada telepon luar yang menghubungi rekan anda di departemen lain misalanya, setelah anda sambungkan rekan anda sedang berada diarea. Ingat dengan penuh ketulusan dan kebahagiaan sampaikan kepada sipenelpon,’mohon maaf Bapak/Ibu teman saya (nama) sedang di area. Ada pesan mungkin Bapak/Ibu? Ini adalah pemasaran yang luar biasa. Teman anda akan merasa dihargai, orang luar akan merasa dihargai sehingga citra perusahaan akan menjadi sangat baik. Satu lagi ‘effortlessly marketing has been done’.
…Contoh-contoh lain oleh peserta.

Housekeeping     
Sebelum masuk kedalam villa atau kamar, doakan semua yang tampak dan tidak tampak dalam villa atau kamar. Making bed dengan perasaan bahagia. Terimakasih Tuhan saya sangat menghargai peran saya ini. Semua peran adalah anugerahmu. Dan ini adalah dharmaku, aku melakukannya dengan penuh ketulusan.
Ketika melihat ada satu lampu yang mati didalam villa atau kamar, shower yang tidak mengalir dengan sempurna, tanpa diminta oleh tamu, dicatat dan disampaikan kepada departemen Engineering untuk segera diganti atau diperbaiki. Berterimakasihlah bahwa satu tugas pemasaran telah anda lakukan dengan baik yaitu being proactive. Bisa anda bayangkan bahagianya tamu ketika baru saja dia mau mengadukan permasalahannya, permasalahannya itu sudah fixed.
…Contoh contoh di departemen lain digali bersama para peserta.

Kesimpulan:
Spiritual Marketing merupakan pemasaran menyeluruh yang dilakukan oleh setiap individu yang berbasis pada kebahagiaan dalam memerankan peran sesuai TUPOKSI masing-masing. Setiap individu dalam perusahaan adalah pemasar yang bahagia yang pada akhirnya menghasilakan suatu output yang disebut kebahagiaan bagi semua stakeholders internal dan external.

First time launched in honor of great friendship with Mr. Winawan General Manager of Karaniya Experience Group.  

Made Sukianto, Biography (as of 1st February 2015)
Last post General Manager, Ahimsa Group-Villa Resorts Located in Bali, Indonesia
__________________________________________________________________________
Made Sukianto, a twenty one year hotel and resort industry experienced, having his last post being the General Manager of Ahimsa Group. The Ahimsa Group includes The Ahimsa (the flagship of the company), Ahimsa estate, and Ahimsa Beach, among others. Made began joining team Ahimsa in 2005 up to 2015.
                            
Being the General Manager, Made was responsible for planning, directing and coordinating all activities for operational, marketing, and finance of the whole properties. He reported to the hotel owner (s).

Prior to joining The Ahimsa, Made spent two years as Director of Sales of Ramada Resort, Bali - an International Five Star Chain Hotel. Made also spent in other five and four star hotels i.e. The Legian managed by GHM as Sales Manager (Senior Sales Manager), Grand Istana Rama as Sales Manager, Bali Dynasty Resort managed by Shangri-la International as Sales executive and some other posts at Room Division particularly Front Office Department.

Made has extensive experience in promoting the company, and Bali destination through International Tourism Tradeshows include ITB (International Travel Bursche) in Germany, ATF (Asean Travel Forum) covering ASEAN countries, Australian and New Zealand Road Show, Otdykh Leisure-Russia, and some other overseas sales calls or sales trips.

Made is current a motivator, teaching English and business co-owner. He has been working closely with the local government, hotel (villa) industry, and academics to go through some major tourism issues i.e. infrastructures, cleanliness, human resources, and many more.

Achievements
§  The Best Speaker of Bali’s Universities English Debate
§  Winner of Speech Contest (National)
§   Model Student

Books
§  English for Room Division published by Kesaint Blanc Jakarta
§  A Useful Guide For English In Tourism published by Pustaka Tarukan Agung

Contact details:
Perum Pradasari IIIA, Denbar, Bali
Cell     : +62-812 3957 333
Tel.      : +62-361 9002 999
Email   : madesuki@yahoo.com